Entah kenapa malam ini aku begitu melankolis, I write this while crying,its too bad. I hate this. Suddenly miss him, in my lonelyness, so here I wrote a little story for him, my belove father, a great dad I ever had. Ini adalah sekelumit cerita singkat about my life, my family, especially my lovely dady.
Dia sosok yang sederhana, tak pernah marah. Aku tahu ayah bukan seseorang dengan pendidikan yang tinggi, bahkan tamat ES saja aku meragukan. hal ini juga yang membuatku bangga dengan ibuku yang begitu berjiwa besar menerima seorang pria dengan latar belakang pendidikan yang tidak setara dengannya. Ayahku tak tahu dan tak akan pernah menemaniku belajar. Bahkan untuk tanda tangan rapor saja, beliau tidak pernah menanyakan nilai-nilai yang tertera di dalamnya. Cukup tahu aku meraih juara kelas saja itu sudah cukup, meskipun tidak pernah kudengar dari mulutnya untuk memuji keberhasilanku.
He is a family man. He loves us, me...Mom, and my sista. He always work hard for us. I know sometimes he really tired, and sleep tight at chair. Teringat saat aku akan masuk sekolah dasar. Aku memilih sendiri dimana sekolah yang kuinginkan. Beliau selalu megantar setiap pagi aku ke sekolah. terbesit beberapa kenangan saat pagi, dimana di masa kecilku, ayah sering mengajak ku dan kakak untuk membeli sarapan dan menyuapi kami di sepanjang jalan sambil jalan-jalan pagi.

Aku juga ingat selalu, setiap pagi hari ayah selalu mengetuk dan memanggil namaku untuk membangunkanku, mengajak berjamaah shubuh bersama. dan ketukan itu tidak akan berhenti sampai aku benar-benar bangun dan keluar kamar untuk mengambil wudlu dengan mata yang masih sangat mengantuk. Aku hampir tak pernah melihat ayahku menangis untukku, sampai suatu saat ayahku menangis dan itu juga membuatku terharu. Suatu pagi, dikala shubuh, aku mendengar kabar tentang lolosnya SNMPTN ku, dan aku diterima di PTN. Saat itulah untuk pertama kalinya aku melihatnya menyeka air matanya untukku.Sebuah tangis haru bahagia
Kini semua ingatan dan memory itu melayang-layang di ingatanku. yang membuatku merindukan akan sosoknya. Semuanya berubah setelah dua tahun aku meninggalkan rumah dan memulai kehidupanku sebagai mahasiswa. Ayah terserang stroke, dan kondisinya semakin memburuk. pernah sesekali ketika tekanan darahnya naik, kulihat mukanya memerah yang menandakan kondisinya sedang tidak baik, yaitu tekanan darahnya naik. lagi-lagi terlihat raut mukanya yang letih. Aku tahu kepatuhan ayah untuk mengkonsumsi obat juga kurang baik. DAn kita harus tahu, seseorang dengan penyakit kronis pasti mengalami kebosanan untuk meminum rutin obatnya. Tahun berganti, kondisi ayah semakin menurun..., diawali dengan kakinya yang sakit, dan membuatnya berjalan dengan sedikit terpincang. Terkadang sangat nelangsa melihatnya mengurut kakinya yang sakit, aku sangat berharap semuanya akan sembuh. tapi memang Allah mungkin berkehendak lain, seiring bertambah tahun ayah mengalami dementia. Hatiku semakin miris, tapi aku sangat bersyukur karena beliau masih ingat padaku ketika aku pulang. satu lagi yang membuatku sedih, ketika akan kembali ke kota Universitasku, dan berpamitan, kulihat wajah ayah yang sendu, dan menangis tersedu-sedu melihat kepergianku. bahkan di saat sudah dementia, Ayah masih rajin sholat lima waktu, meskipun kutahu rukun sholat sudah tidak terpenuhi, jumlah rakaat yang terkadang kurang. lagi-lagi aku selalu berdoa kepada Allah, agar selalu menjaga ayahku, memberikan kesembuhan. Bahkan aku merasa Allah sangat adil, Ayahku bertahan cukup lama dengan kodisi strokenya. yang hampir empat tahun lebih. Alah mempercayakan kami untuk bersamanya lebih lama, dan merawatya, bahkan di tahun terahir saat kondisinya bed rest, dan hanya bisa dipapah saat berjalan. ya Allah, terima kasih juga telah memberikan seorang ibu yang begitu sabar mengurus ayahku dalam kondisi apapun.
Sekarang semuanya telah berlalu, Ayah telah berpulang ke sisi Nya di awal 2013, kami sangat ikhlas, mungkin ini yang terbaik bagi beliau di saat kondisinya yang sangat menurun. Air mata rasanya sudah teramat kering di keluargaku. tak ada lagi sosok yang sabar, dengan kesederhanaannya yang mau berjuang menyekolahkan kami hingga tingkat universitas. tak ada lagi ayah yang suka bercanda dengan segala kekocakannya, tak ada lagi ayah yang dulu selalu membangunkanku untuk shubuh, dan mengajak berjama'ah ketika sholat.

dad, we really love you, thanks for every love you give. Thanks for being a great dad for us. I really sorry if i can't be a good girl for you. dan aku minta maaf jika belum sempat memberikan banyak kebahagiaan kepadamu. Allah, aku titipkan seorang ayah yang selalu menjaga kami pada Mu
Dedicate for my beloved dad, big hug from us.
0 comments:
Post a Comment